Budaya Sehat Jamu dalam Lintasan Zaman: Bermula dari Keluarga?

Budaya Sehat Jamu bermula dari keluarga

Budaya jamu dalam lintasan zaman, bermula dari keluarga. Kiranya banyak yang merasa ‘penasaran’ dengan penetapan jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Unesco pada 6 Desember 2023 lalu. 

Bahwa yang ditetapkan tidak hanya ‘jamu’, melainkan ‘budaya sehat jamu’. Pada daftar WBTB 2023 di Unesco pun yang dicantumkan memang ‘budaya sehat jamu’, bukan ‘jamu’. Silakan cek di sini.

Kenapa tidak ‘jamu’ saja? Kenapa ‘budaya sehat jamu’ yang didaftarkan menjadi WBTB? Cerita di artikel ini mungkin bisa sedikit menjawab pertanyaan tersebut.

Budaya Sehat Jamu Bermula dari Keluarga

Budaya Sehat Jamu bermula dari keluarga
ich.unesco.org

Mungkin Anda pernah terpikir, bagaimana awalnya Budaya Sehat Jamu ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Unesco?

Jawabannya sederhana, semuanya bermula dari keluarga. Dari sekian juta penduduk di Indonesia, pasti tidak sedikit keluarga yang menerapkan Budaya Sehat Jamu, dan salah satunya adalah keluarga saya.

Masalah Mata Ayah dan Puisinya

Sudah beberapa bulan belakangan ayah kesulitan membaca tulisan. Kacamatanya bahkan sudah ganti. Namun tetap saja, ayah tidak bisa membaca dengan baik tulisan di kertas maupun di layar hape.

Banyak ‘diagnosa’ ugal-ugalan atas masalah mata yang dialami ayah. Ibu mendiagnosa kalau masalah mata ayah tersebut muncul karena kebiasaan ayah yang suka begadang, sehingga ketika melihat matahari pagi, matanya jadi terluka.

Sementara itu, seorang saudara satu buyut bilang kalau mata ayah bermasalah akibat kebiasaan ayah yang suka merokok lalu asapnya mengenai mata ayah.

Tidak hanya itu, masih dari lingkup keluarga, seorang kakak sepupu berkata bahwa sakit mata ayah dikarenakan tingkat kecerahan hape ayah yang terlalu tinggi.

Entah apa penyebab pastinya, tapi yang pasti mata ayah sakit. Sebagai seorang penulis puisi, tentu sakit mata yang dialami ayah membuatnya kesulitan menulis puisi. Di beberapa kesempatan bahkan ibu memergoki ayah menulis puisi dengan banyak typo di Facebook.

Teringat Daun Kelor

Layaknya orang tua dengan pemikiran tua, ayah berikhtiar mengobati sakit matanya lewat dua jalur sekaligus, yakni jalur pengobatan modern dan jalur pengobatan tradisional.

Di sela-sela waktu saat dia termenung, tiba-tiba ayah bangkit dengan penuh semangat, bahwa dia teringat ada satu jenis jamu yang khasiatnya untuk kesehatan mata, yakni jamu daun kelor.

Ayah bilang kalau dia teringat ucapan ibunya, berarti nenek saya, tentang berbagai manfaat daun kelor, yang salah satunya dapat menyehatkan mata.

manfaat daun kelor
radarmojokerto.com

Sebagai seorang millennials, saya enggan langsung percaya. Segera saya buka internet untuk mengkonfirmasi pernyataan ayah, lalu menemui halaman ini. Ternyata betul, jamu daun kelor dapat mengobati mata merah, mencegah kerusakan mata, dan mencegah katarak. 

Keesokan harinya, ayah sudah pulang dengan membawa daun kelor di tangan setelah bersepeda keliling desa.

Ayah lalu merebus air, setelah masak dan mumplug-mumplug, ayah memasukkan tiga lembar daun kelor. Setelah itu, ayah menunggu setegah jam sampai kira-kira air yang dimasak tinggal seperempat panci.

Ibu hanya geleng-geleng kepala sambil membisiki saya, “apa ya isa mari?”. Saya hanya tertawa kecil.

Antara percaya dan tidak, apakah karena jamu daun kelornya atau bukan, yang jelas pada malam harinya ayah menulis puisi di Facebook, dan tidak ada typo di dalam puisinya.

Masalah Dhelepen Ratu Elizabeth

Di tempat saya tinggal, nyeri haid disebut dengan dhelepen. Kata istri saya yang seorang lulusan sastra Jawa istilah dhelepen itu tidak dikenal di bahasa Jawa baku, apa lagi bahasa Indonesia. 

Saya buka mau membahas masalah istilah dhelepen tapi dhelepen itu sendiri. Jadi begini, ada tiga wanita di rumah. Pertama ibu, kedua adik, dan yang terakhir adalah istri saya. 

Bermodalkan tiga wanita yang saya sebutkan di atas saja saya sudah bisa menyimpulkan bahwa toleransi rasa sakit wanita terhadap nyeri haid itu berbeda-beda.

Ibu saya kalau dhelepen atau nyeri haid lebih banyak tiduran di kamar. Mungkin menahan rasa sakit. 

Soal emosi tidak perlu diragukan, seingat saya waktu ibu masih haid, setiap datang masa menstruasi emosi ibu selalu meledak-ledak. Perkara kecil seperti lupa mencuci piring pun bisa perkara besar.

Beda lagi kalau adik. Setahu saya, setiap adik sedang dalam masa menstruasi, dia akan lebih banyak mecucu atau manyun. Ya setelannya memang mecucu, tapi kalau di masa menstruasi, dia lebih mecucu lagi.

Istri Kerasukan Ratu Elizabeth

Terakhir, dan yang paling istimewa, tentu saja istri saya. Sebab, setiap datang masa menstruasi, istri saya kerasukan Ratu Elizabeth. Yakin. Mengingat daya toleransi sakit istri yang terlalu rendah, atau jangan-jangan dia sengaja ngalem

Ah, saya harus memastikannya ke istri saya kalau sudah berani.

memijat kaki istri
Created by AI

Ketika istri sedang dalam masa menstruasi, setiap dia menjelang tidur saya sudah biasa memperlakukan istri dengan istimewa. Mulai dari mengolesi minyak angin di tengkuk, memijat punggungnya, lalu memijat telapak kakinya hingga dia tertidur. 

Untuk menidurkan istri saya, saya melakukan hal itu kira-kira sekitar satu jam.

Pernah suatu waktu saya sambat, istri saya langsung merajuk dan mengamuk. Lalu beberapa saat kemudian dia menyodorkan video youtube tentang simulasi rasa sakit nyeri haid.

Video itu menunjukkan beberapa orang pria mengenakan semacam alat di perut. Tidak lama berselang mereka menggeliat kesekatian.

Istri saya lalu berucap, “nyeri haid itu separuh dari rasa sakit saat melahirkan, ketika melahirkan rasa sakitnya ibarat tulang-tulang di seluruh tubuh ini patah semua, lha bayangkan saja separuhnya.” 

Tanaman Mustajab untuk Wanita

Masalah dhelepen atau nyeri haid yang dialami para wanita di rumah untungnya tidak terlalu parah lagi semenjak beberapa tahun yang lalu ibu selalu menyiapkan sebotol jamu kunir di kulkas pada tanggal-tanggal tertentu.

Ibu pernah bilang, begitu juga kata berita-berita, kalau jamu kunir memiliki khasiat melancarkan menstruasi dan mengurangi rasa sakit akibat nyeri haid.

Jamu kunir adalah produk jamu yang diolah dari tanaman kunyit. Secara terpisah, kunyit pun punya beragam manfaat hebat, khususnya untuk kaum hawa.

Berdasarkan penelusuran yang saya lakukan di internet dan menemukan laman ini, memang benar bahwa kunyit dapat mengurangi nyeri haid.

Ternyata jamu kunir yang berasal dari tanaman kunyit sangat mustajab untuk wanita.

jamu kunir
jamu kunir

Masalahnya, istri saya tidak terlalu doyan dengan jamu. Dia lebih percaya pada medis modern dibandingkan medis tradisional semacam jamu.

Meski demikian, saya terus mendorong istri untuk setidaknya minum jamu kunir entah seteguk atau dua teguk. Alasannya adalah, siapa tahu pereda nyeri haid yang paling cocok untuknya justru berasal dari medis tradisional, bukan medis modern.

Lagi pula, tidak ada salahnya mencoba medis tradisional dan medis modern sekaligus. Justru hal itu sebaiknya dilakukan karena meningkatkan probabilitas kesembuhan.

Untungnya istri saya nurut, dan kini dia sudah mulai rutin minum jamu kunir meski takarannya sangat sedikit. Setidaknya lumayan mengurangi rasa sakit kata istri saya.

Sekarang, sejak dia mengonsumsi jamu kunir, terlepas dari dia sedang nyeri haid atau tidak, setiap malam saya konsisten memandangnya sebagai Ratu.

Budaya Sehat Jamu dalam Lintasan Zaman

Cerita saya sendiri dengan jamu tidak terlalu istimewa. Sebatas minum jamu, dan praktik menanam tanaman obat keluarga (toga) cikal bakal jamu.

Dari kecil hingga dewasa, saya tidak pernah mengeluh dengan rasa jamu. Baik itu manis seperti kunir asem atau pahit layaknya brotowali, saya bisa menenggak rasa jamu apapun.

Model jamu yang saya konsumsi pun berbeda-beda, entah itu yang berasal dari tumbuhan maupun hewan, semuanya bisa masuk.

Kembali pada makna jamu yang berakar dari bahasa Jawa jampi, kalau ditarik ke Jawa kuna jamu adalah usada. Artinya tamba atau obat.

Jadi pada prinsipnya, merujuk pada praktik Budaya Sehat Jamu di masa lalu, jamu bisa berasal dari apapun, termasuk cacing cina yang berkhasiat mengatasi sakit tipes apabila diseduh, atau empedu kambing yang memberi manfaat penambahan vitalitas dan meringankan atrofi optik kalau ditelan. 

Hanya saja pengertian jamu mengalami penyempitan bahwa jamu cenderung melekat pada tanaman herbal.

Manuskrip Pawukon, dan Setiap Orang Punya ‘Jamu’-nya

Di dalam proses mempelajari sastra Jawa, saya menyadari bahwa ternyata setiap orang ternyata punya ‘jamu’-nya masing-masing.

Dan catatan terkait jamu alami masing-masing orang tersebut telah ditulis oleh para pujangga di masa lalu. Mungkin ada manuskrip yang secara khusus membahas jamu, tapi sejauh yang saya ketahui naskah Pawukon bisa menjadi titik tolaknya.

Naskah-naskah Jawa terkait Pawukon secara spesifik menyebutkan adanya anjuran tamba (obat) yang bisa dikonsumsi pada orang dengan wuku tertentu saat orang itu sakit

Wuku Kulawu
Wuku Kulawu

Misalnya istri saya. Wuku istri saya adalah Wuku Kulawu. Menurut Serat Pawukon yang disusun R. Tanaya, tamba lelara (obat sakit) untuk orang dengan Wuku Kulawu adalah sabarang waluh atau segala tanaman labu.

Artinya, apabila istri saya mengalami sakit maka obat alami yang dianjurkan menurut Pawukon adalah labu. Bisa labu air, labu siam, atau beligo.

Sempat saya bandingkan apa khasiat labu untuk mencocokkannya dengan gejala istri saya, dan ternyata kurang lebih tepat, sebab labu berkhasiat menambah imunitas. Hal ini selaras dengan kondisi istri saya yang mudah sakit.

Kalau Anda penasaran dengan apa jamu alami Anda menurut Pawukon, silakan baca di sini dan cari sendiri. Kalau kesulitan dengan bahasa Jawa yang digunakan, mangga tanya saudara atau teman Anda yang mengerti, atau bisa juga hubungi saya ya. 

Jamu Next Level: Jampi Pawukon Kiai Jotirto

Seorang kawan saya bernama Ridwan Rustamaji yang berasal dari Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, sejak dua tahun yang lalu mengulik sebuah manuskrip aksara Jawa yang dipunyai oleh orang desa.

Naskah itu tidak memiliki judul, tidak mencantumkan nama pengarangnya, dan tidak ada angka tahun. Namun yang pasti naskah tersebut adalah naskah Pawukon. Oleh Ridwan Rustamaji naskah itu lalu dinamai Naskah Pawukon Kiai Jotitrto.


Kalau dilihat dari fisik naskah, setidaknya naskah Pawukon Kiai Jotirto ditulis pada awal-awal abad 20 M.

Salah satu keunikan naskah Pawukon Kiai Jotirto adalah mencantumkan jamu alami masing-masing Wuku dengan lebih mendetail, bahkan termasuk bahan-bahan serta cara peracikannya.

Bermula dari hal itu, dia kemudian menginisiasi sebuah produk jamu yang diberi nama Jampi Pawukon, dengan keyakinan bahwa setiap orang yang lahir punya jamu-nya sendiri.

Proses pembuatan Jampi Pawukon melibatkan anak-anak muda dan ibu-ibu Desa Sidorejo yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani dan Desa Wisata Sidorejo.

Kenapa Budaya Sehat Jamu?

Jamu menjadi satu unsur kesatuan dari Budaya Sehat Jamu, sehingga penyebutan jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Unesco tidak salah.

Budaya Sehat Jamu pada kenyataannya mencakup dimensi yang lebih luas, bahwa jamu bukan sekadar obat tetapi sebuah gaya hidup dari masa lampau yang mengalami relevansi dengan zaman sekarang.

Budaya Sehat Jamu pada praktiknya menjadi sebuah kesadaran masyarakat Indonesia untuk peka terhadap keberlangsungan lingkungan dengan merawat tanaman dan hewan-hewan, karena dapat memberi manfaat bagi kesehatan.

Pada lintasan zaman yang panjang, jamu terbukti mampu menemukan bentuk-bentuk zaman, mengalami industrialisasi dan kini telah menjadi budaya yang tak terpisahkan dari individu orang Indonesia sendiri.

Keberhasilan jamu melintasi zaman, dan bertahan hingga hari ini tidak lain adalah karena dipupuknya Budaya Sehat Jamu dari tingkat keluarga.

Demikian, dan maturnuwun.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *