Memancing, Suyitno Ethex

MANCING DI KOLAM YANG IKANNYA JADI REBUTAN

Suhu politik semakin tinggi, kabar beredar penuh permainan yang nota bene belum waktunya dimainkan. Yakni diam-diam para caleg maupun calon lainnya yang mau merebut kursi pada saling cari dukungan, dan atau bisa dikatakan berkampanye secara diam-diam.

Dalam tulisan sederhana ini, penulis tak ingin terlalu tinggi atau terlalu jauh membicarakan suhu politik di atas, tapi hanya ingin membicarakan suhu politik di bawah. Yakni di lingkungan penulis sendiri.

Ibarat kolam ikan, lingkungan di mana penulis berdomisili. Ada seorang caleg yang sudah bentuk tim sukses, dan beberapa warga sudah siap mendukung. Apalagi setiap diundang ke tempat caleg, mereka dapat ganti ongkos transportasi.

Seorang pendukung menemui penulis dan minta dukungan. Menarik juga, maka penulis membuat kail, atau semacam program kegiatan. Penulis mencoba ingin memancing di kolam yang ikannya sudah diberi asupan oleh caleg.

Singkat tulisan, penulis diajak ke tempat caleg berbarengan sama beberapa warga lingkungan. Di tempat caleg, penulis tak ikut berkelompok jadi satu. Tapi diminta menyisih dulu, dan hanya sebagai pendengar apa yang dipaparkan caleg. Setelah menyampaikan paparannya, semua tim sukses dipersilahkan meninggalkan tempat.

Bubar pertemuan pertama, giliran tim suskes kedua dimana dalam tim sukses kedua ini penulis diajak ngobrol. Dan tim sukses kedua ini merupakan tim sukses yang inti atau pokok dimana tugasnya mengendalikan tim sukses yang pertemuan pertama. Salah satu tim sukses, yang mengajak penulis, meminta agar penulis menyampaikan proposal yang sebelumnya sudah dikomunikasikan.

Sayangnya, sebelum penulis menyodorkan berkas proposal. Sang caleg sudah blablabla menyampaikan komentmennya dan atau semacam janji, bila terpilih menjadi anggota dewan, siap membantu segala apa yang diinginkan masyarakat pemilihnya. Penulis berusaha mengikuti apa yang dipaparkan sang caleg dengan kepala penuh tanda tanya. Padahal tujuan penulis ke tempat caleg, hanya sekadar ingin mengajukan sebuah proposal kegiatan.

Ibarat memancing di dalam kolam, dimana ikannya sudah dipancing oleh beberapa pemancing (caleg). Karena sifatnya orang memancing harus sabar, setia menunggu umpannya bisa mengenai sasaran. Maka penulis bersabar menunggu sang caleg member kesempatan penulis bicara. Dan begitu kesempatan diberikan, penulis tak banyak bicara, langsung menyodorkan berkas proposal.

Berkas proposal diterima, lembar demi lembar dibaca. Sang caleg angkat bicara lagi, yang pada intinya siap membantu bila benar-benar terpilih, dan untuk saat ini belum bisa memberi jawaban pasti. Hanya bilang siap sambil melihat ke penulis penuh dengan pandangan yang aneh juga.***

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *