Narasi Kripto Decentralized Science (DeSci) untuk Dunia Riset Indonesia yang Ruwet

Narasi Kripto Decentralized Science (DeSci) untuk Dunia Riset Indonesia yang Ruwet

Narasi Kripto Decentralized Science untuk dunia riset Indonesia yang ruwet. Pada 2024 ini, berbagai narasi kripto yang menarik bermunculan dan satu per-satu menarik atensi penggemar kripto, bahkan perlahan masyarakat awam juga tertarik pada perkembangan kripto.

Sebelum mengulas lebih dalam mengenai Decentralized Science (DeSci) dan relevansinya sebagai narasi kripto untuk dunia riset Indonesia yang ruwet, sebaiknya kita pahami terlebih dahulu apa narasi kripto.

Dikutip dari Bittime narasi kripto atau crypto narrative adalah suatu gagasan, ide, atau konsep yang membentuk persepsi sekaligus nilai aset kripto, sehingga memberi pengaruh terhadap sentimen investor, tren pasar, dan adopsi teknologi baru.

Lanskap Narasi Kripto 2024

Berdasarkan amatan terhadap berbagai situs kripto, terutama CoinGecko, narasi kripto yang paling bertumbuh dan potensial di 2024 adalah narasi kripto Memecoin.

Di Q1 2024 saja, Memecoin berhasil mencapai akumulasi kenaikan hingga 1.000% pada seluruh sektor Memecoin.

Popularitas yang selaras dengan tren yang muncul, basis komunitas yang kuat, serta kemudahan dalam investasi Memecoin tanpa harus memahami secara mendalam ribetnya pengetahuan Blockchain maupun Cryptocurrency 

Selain Memecoin, narasi kripto yang juga mengambil atensi pada 2024 adalah Real World Asset (RWA), DePIN, Liquid Restaking Tokens, Liquid Staking Derivatives, Layer 1, Layer 2, GameFi, GambleFi, dan DeSci

Apabila menilik pada perkembangan baru-baru ini, narasi kripto yang terbilang viral dan dipercaya potensial adalah narasi kripto gaming, khususnya wacana narasi kripto gaming Telegram.

Kesuksesan Notcoin dalam kampanyenya diikuti oleh game Telegram Hamster Kombat yang berhasil menarik 115 juta pemain dari seluruh dunia.

Kalau telaten dalam mencatat, ada banyak proyek dari berbagai narasi kripto yang berhasil menarik perhatian publik, namun artikel ini tidak dimaksudkan untuk menyusun daftar semacam itu.

Posisi Narasi Kripto Decentralized Science (DeSci)

Sekarang, yang menjadi fokus perhatian adalah bagaimana posisi narasi kripto Decentralized Science terhadap kontestasi narasi kripto yang berkembang pada 2024, dan bagaimana narasi kripto Decentralized Science akan membawa perubahan pada dunia riset Indonesia yang ruwet secara ringkas.

Sebelum lebih jauh lagi, apa yang dimaksud dengan Decentralized Science? Decentralized Science (DeSci) adalah narasi kripto yang berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dengan melibatkan teknologi blockchain dan berfokus pada area sharing data, riset, publikasi, serta pendanaan.

Munculnya DeSci dimaksudkan untuk mengatasi ‘Valley of Death’ yang muncul antara publikasi riset dengan implementasi.

valley of death
researchgate.net/profile/Attila-Seyhan

‘Kepentingan Moral’ Narasi Kripto DeSci

Pada artikel yang dirilis CoinGecko berjudul What Are Crypto Narratives? Top 12 Narratives for 2024 (Updated), narasi kripto Decentralized Science menempati posisi tiga dari bawah.

Penempatan narasi kripto Decentralized Science di urutan bawah oleh CoinGecko menunjukkan bahwa perhatian terhadap DeSci kalah besar kalau dibandingkan DePIN, atau bahkan Memecoin.

Perhatian terhadap narasi kripto DeSci yang tidak seberapa tinggi tersebut bisa jadi karena faktor pelibatan komunitas DeSci yang terbilang sempit, sebab merujuk spesifik terhadap kalangan akademis profesional, sehingga masyarakat awam butuh waktu lama untuk memahaminya.

Berbeda dengan komunitas Memecoin yang begitu solid, narasi Decentralized Science terbangun di atas ‘kepentingan moral’ ilmu pengetahuan yang mungkin saja dinilai kurang menarik oleh publik kripto.

Selain itu, faktor kepercayaan investor juga menjadi tantangan besar dalam pengembangan narasi kripto DeSci.

Mayoritas investor menginginkan proyek-proyek kripto yang jelas, dan memiliki kampanye yang signifikan pada suatu sektor kehidupan. 

Misalnya investor lebih tertarik pada narasi kripto DePIN atau RWA karena mereka punya kepemilikan resmi atas aset infrastruktur di dunia nyata.

Sementara untuk narasi kripto Decentralized Science, investor masih kurang percaya pada dampak yang akan dibawa karena berpusat pada ‘kepentingan moral’ bukan ‘kepentingan profit’.

Eksplorasi Token Decentralized Science

Berdasarkan pantauan terhadap CoinGecko, pada kategori DeSci sebenarnya terdapat cukup banyak proyek-proyek DeSci dengan token yang telah dilisting.

Token-token atau koin DeSci tersebut antara lain, OriginTrail (TRAC), Dynex (DNX), Hippocrat (HPO), ResearchCoin (RCD), dan lain sebagainya.

Pada pembahasan eksplorasi token Decentralized Science ini kita akan lihat dan analisis tiga proyek teratas di CoinGecko berdasarkan market cap.

1. OriginTrail (TRAC)

origintrail
https://origintrail.io/

OriginTrail adalah ekosistem yang memiliki misi untuk mendirikan infrastruktur terpercaya kecerdasan buatan.

Tujuannya adalah mengatasi tantangan bias informasi di era AI dengan memverifikasi sumber informasi, serta membuka kemungkinan penemuan penting di dunia melalui pendekatan Real World Asset (RWA)

OriginTrail telah didukung oleh banyak organisasi tingkat dunia seperti British Standards Institution, SCAN, Polkadot, Parity, Walmart, World Federation of Hemophilia, Oracle, Next Generation, dan baru-baru ini Komisi UE juga menyatakan dukungannya untuk OriginTrail.

Produk unggulan OriginTrail adalah ChatDKG, sebuah bot yang mampu menjawab pertanyaan di X (Twitter) berdasarkan aset pengetahuan yang telah diverifikasi OriginTrail.

OriginTrail Chart
https://coingecko.com/

Berdasarkan amatan pada CoinGecko, ketika artikel ini ditulis OriginTrail memiliki nilai market cap tertinggi untuk sektor Decentralized Science, yakni $302.366.946 dengan harga $0,7466.

Dalam tujuh hari terakhir, koin TRAC dari OriginTrail memang mengalami penurunan mencapai 13%. 

Namun apabila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan satu tahun terakhir, TRAC telah mengalami kenaikan hingga 230% lebih.

2. Dynex (DNX)

dynex dnx web
https://dynexcoin.org/

Token narasi kripto Decentralized Science selanjutnya adalah Dynex (DNX). Di CoinGecko, Dynex menempati urutan kedua sektor DeSci dengan nilai market cap sebesar $72.272.234 dengan harga $0,8092 ketika artikel ini ditulis.

Dynex (DNX) tidak bisa dikatakan murni berada di narasi kripto Decentralized Science, sebab dalam praktiknya Dynex (DNX) juga bergerak di sektor DePIN.

Dynex adalah platform generasi lanjutan untuk komputasi neuromorfik dengan mengoptimalkan protokol blockchain terbaru.

Dynex dirancang guna mengembangkan software serta algoritma yang memanfaatkan perangkat keras neuromorfik, sehingga mampu mempercepat proses komputasi.

Di dalam platform Dynex, waktu komputasi yang berjalan dapat ditukar dengan token dari Dynex yaitu DNX.

Pada praktiknya, Dynex lebih relevan bagi akademisi-akademisi yang bergerak di bidang teknologi informasi.

Jangkauan riset serta implementasi penelitian di Dynex meliputi pengetahuan AI, kesehatan, arsitektur, smart city, dan lain sebagainya.

Menurut roadmap yang dirilis Dynex publikasi-publikasi penelitian ilmiah akan dirilis secara bertahap dari Q2 hingga Q4 2024.

Dynex DNX Chart
https://coingecko.com/

Berdasarkan amatan pada CoinGecko, Dynex (DNX) sedang mengalami kenaikan hingga 8% saat artikel ini ditulis, dan dalam 7 hari terakhir dari artikel ini ditulis Dynex (DNX) tercatat mengalami kenaikan 16%.

Dynex (DNX) bisa dibilang sedang berada dalam tren positif, sebab dalam setahun terakhir DNX memang mengalami kenaikan hingga 215%.

3. Hippocrat (HPO)

hippocrat
https://hippocrat.io/

Aset di sektor DeSci ketiga adalah Hippocrat (HPO) dengan market cap sebesar $57.626.319 dan memiliki harga $0,0585.

Sebelumnya, Hippocrat (HPO) memiliki branding Humanspace (HUM). Perubahan branding tersebut didorong oleh adanya perubahan kontrak.

Hippocrat adalah platform atau ekosistem yang bergerak di bidang healthcare data dan sistem pelayanan kesehatan. 

Sebelumnya bernama HUM, namun rebranding dilakukan untuk mempertebal konsep filosofis dengan mengganti namanya menjadi Hippocrat yang merujuk pada filsuf Yunani, Hippocrates.

Hippocrat memiliki niat mulia dengan menjadi platform yang mengakomodir sumbangan yang ditujukan pada pengembangan sistem layanan kesehatan publik di setiap negara subjek data.

Melalui pendekatan tersebut, Hippocrat dapat memperkuat hak subjek data serta pemangku kepentingan sehingga dapat memberi kontribusi terhadap terwujudnya kehidupan yang sehat.

Hippocrat chart
https://coingecko.com/

Berdasarkan pantauan pada CoinGecko, untuk saat ini Hippocrat (HPO) sedang mengalami penurunan sebesar 3,2%, dan dalam 7 hari terakhir menurun sebesar 11,5%.

Meski nilai market cap yang dimiliki cukup besar, Hippocrat (HPO) masih harus perlu berupaya untuk meningkatkan perhatian publik terhadap misi mulia mereka.

Itulah tiga token Decentralized Science yang memiliki market cap besar di CoinGecko.Untuk saat ini token-token yang telah disebutkan di atas belum tersedia di exchange kripto Indonesia.

Di Bittime pun belum tersedia, adapun Bittime masih berfokus pada trade token mayor seperti BTC IDR, SOL IDR, ETH IDR, dan koin-koin mayor lainnya.

Narasi Kripto Decentralized Science untuk Riset di Indonesia

decentralized science in Indonesia
https://jakpost.net/

Di Indonesia, dunia riset masih dilakukan secara tradisional dan belum mencapai tingkat pelibatan Decentralized Science.

Pola kerja tradisional di dunia riset Indonesia akhirnya menimbulkan banyak persoalan runyam yang belum juga teratasi, mulai dari sistem pengajuan proposal, waktu tunggu, peer-reviewed, pendanaan, publikasi, bahkan soal integritas.

Laksana Tri Handoko, Kepala BRIN, melalui laman UGM menyampaikan bahwa hambatan besar dalam dunia riset di Indonesia adalah kurangnya kontribusi swasta, anggaran yang rendah, dan ego sektoral yang menimbulkan minimnya kolaborasi.

Tiga hambatan yang disebutkan Laksana Tri Handoko di atas berada dalam koridor teknis. Kalau merambah koridor integritas, permasalahan yang dihadapi dunia riset bisa makin mencekam.

Pada Mei – April 2024, nama Kumba Digdowiseiso mencuat ke permukaan karena pencapaiannya yang mencengangkan, yakni menulis 160 jurnal Google Scholar yang dipublikasikan pada 2024!

Beragam reaksi pun muncul akibat anomali tersebut. Hingga akhirnya terungkap bahwa Kumba melakukan praktik-praktik ilegal akademis, baik pencatutan nama maupun plagiarisme.

Di sisi lain, ketika muncul karya-karya ilmiah berkualitas yang muncul, karya-karya tersebut justru terjebak di death of valley.

Decentralized Science sebagai Jalan Keluar?

Dunia riset tradisional identik dengan kontrol dana riset yang terpusat sekaligus tertutup, keterbatasan kolaborasi global, proses pendanaan yang buram dan panjang, jalur penerbitan yang mapan namun tidak efisien, peer-reviewed yang sekadar pengabdian, serta akses sumber daya yang tertutup dan hanya terbuka untuk anggota tertentu.

Berbagai problem teknis di atas dapat teratasi apabila Indonesia mencoba menerapkan narasi Decentralized Science secara luas, dan kalau bisa mendapat dukungan dari pemerintah.

Penerapan Decentralized Science pada dunia riset di Indonesia dapat mempertimbangkan beberapa proyek yang memang berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan, di antaranya:

1. VitaDao

Proyek yang memberi dukungan pada penelitian jangka panjang yang didanai DAO. VitaDao menunjukkan kekuatan pendanaan berbasis komunitas dan pengelolaan kekayaan intelektual untuk domain ilmiah tertentu.

2. DeSci Labs

DeSci Labs adalah sebuah proyek yang menciptakan alat untuk menerbitkan, menyimpan data ilmiah, dan membangun identitas berbasis reputasi yang terdesentralisasi bagi para peneliti.

3. Molecule

Molecule merupakan platform yang mengeksplorasi cara untuk melakukan tokenisasi dan memungkinkan perdagangan pasar terbuka IP terkait dengan penemuan obat tahap awal.

4. Scinet 

Scinet adalah platform terdesentralisasi untuk penelitian ilmiah, pendanaan pendukung, alat kolaborasi, dan penerbitan temuan penelitian

Empat proyek di atas mungkin bisa menjadi jalan untuk mengurai ruwetnya dunia riset di Indonesia.

Persoalan riset di Indonesia yang jelas-jelas akan terurai apabila menerapkan Decentralized Science adalah soal pendanaan, kolaborasi, publikasi atau penerbitan, dan hak kekayaan intelektual.

Sebagai gambaran, DeSci memungkinkan adanya pendanaan yang bersifat terbuka, sehingga dapat menarik investor-sponsor yang tertarik pada suatu penelitian. Investor-sponsor tersebut lalu memperoleh token yang telah ditentukan.

Selanjutnya, hasil dana yang terkumpul kemudian dapat digunakan oleh peneliti untuk melaksanakan riset, dan bahkan untuk membayar jasa peer-reviewed. Pun secara bersamaan, hasil penelitian adalah ‘aset’ dari sponsor-investor yang terlibat.

Apabila narasi Decentralized Science (DeSci) benar-benar diterapkan Indonesia dalam waktu dekat, bukan hal yang tidak mungkin kalau dunia riset Indonesia disegani oleh dunia internasional.

Sekali lagi, meski ekosistem pengelolaan karya ilmiah di Indonesia telah diperbaiki dengan keterlibatan Decentralized Science, yang tetap menjadi masalah besarnya adalah integritas para peneliti Indonesia, dan seberapa cepat mereka beradaptasi dengan Decentralized Science.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *