Masalah mental merupakan masalah yang tidak boleh disepelekan. Di Indonesia, kesehatan mental menjadi genting tatkala banyak kasus-kasus suicide, hingga kekerasan yang terjadi akibat depresi dan stress.
Menurut data tingkat depresi antarnegara yang dirilis World Population Review, pada tahun 2023 Indonesia memiliki 9.162.886 kasus depresi dengan prevalensi 3,7%.
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, 15,5 juta (34,9%) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5%) remaja mengalami gangguan mental
Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, besar kemungkinan angka di atas dapat terus bertumbuh. Mengindikasikan bahwa kesehatan mental menjadi permasalahan mendasar bagi Indonesia yang sedang mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, sebab masalah mental banyak melanda kalangan pemuda yang notabene masih pelajar.
Atas dasar permasalahan mental yang terjadi, Amangkucitta mencoba menginisiasi Pendidikan Berbasis Kebudayaan sebagai saluran ekspresi diri untuk menunjang terwujudnya keseimbangan dalam diri, khususnya keseimbangan mental.
Dunia pendidikan Indonesia hari ini yang pada prinsipnya mengedepankan humanisme ternyata telah runtuh dan menunjukkan fakta pahit, bahwa humanisme yang memprioritaskan siswa justru berakhir dengan bullying, tindak orang tua maupun guru yang kelewatan, serta sedikitnya perhatian pada kegiatan eksternal berupa kebudayaan.
Amangkucitta hadir sebagai platform untuk mengurai benang kusut pendidikan yang menimbulkan masalah mental. Awalnya, Amangkucitta merupakan sebuah kampung literasi yang berfokus pada ketercapaian kesehatan mental.
Amangkucitta melayani serta menyediakan jasa terhadap berbagai aktivitas yang bersifat seni dan kebudayaan untuk mendukung tercapainya kesehatan mental.
Kami memiliki lini Lembaga Bimbingan Belajar Berbasis Kebudayaan, Perpustkaan Amangkucitta, Penerbitan Kampung Literasi Amangkucitta, dan lini media hiburan bernama Literasi Misteri.