seorang kakek duduk termenung
di sebuah pantai batu hitam
tiga dekap orang dewasa besarnya
wajahnya lesu menatap langit biru
yang tertutup awan berarak
senja telah tiba
mengapa birunya langit
tak pernah lagi tampak di nusantara
aku menyesal sungguh
sebab yang kumau adalah memandang langit biru
bersama dua ratus tujuh puluh tiga juta jiwa saudaraku
seorang kakek dengan kelesuannya
beranjak ke punggung batu
menengadahkan tangannya sambal berputar pelan-pelan
ke segala penjuru memohonkan hidayah kepada-Nya
akan kejujuran dan keadilan buat siapapun yang ketiban suara
untuk menjadi presiden yang benar benar presiden
harapan beratus juta jiwa
seorang kakek
menangis tersedu-sedu
di ujung senja yang beku
Mojokerto, 29082023
Ira Suyitno terlahir di Pacitan tanggal 14 Desember dengan nama asli Bonirah. Tulisan berupa puisi dan Gurit dimuat dimuat Karya Darma, Bende, Surabaya Post, Antologi Puisi RRI Surabaya, Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit 2010, Antologi Gurit Pasewakan 2011, Antologi Tadarus Puisi 2016, Antologo Puisi Menolak Korupsi 5, Antologi Puisi Satria Piningit 2018, Antologi Puisi Dunia Aksara 2019, Antologi Puisi Kata Kita 2020, 1.000 Guru ASEAN Menulis Pantun 2021 dll. Buku tunggal : DARI KHARISMAMU DAK TEMU ASMAMU dan RONTHEK. Berdinas di SDN Modopuro 2, Alamat Jalan S. Parman No 18 Mpdopuro Mojosari, Mojokerto, 61382.