BERANI HIDUP = HIDUP BERANI
Hidup ini masalah, tak secuil apapun tak luput dari masalah. Bahkan hidup sendirian juga masalah. Semua manusia tanpa kecuali tak luput dari masalah yang harus dihadapi. Bahkan menghindari masalah, juga menghadapi masalah.
Semisal, di rumah banyak masalah dan kita ingin menghindari masalah yang ada di rumah. Lalu kita pergi ke luar dari rumah, apakah kita tak menghadapi masalah, saat di luar rumah. Bahkan mungkin juga semakin banyak masalah yang harus kita hadapi.
Begitu kita ke luar rumah, angin menerpa dan angin itu agak keras juga, apa bukan masalah. Belum teriaknya matahari yang keras juga, apa bukan masalah. Padahal tadinya kita ingin menghindari masalah yang ada di rumah. Ternyata begitu ke luar dari rumah, kita masih menghadapi masalah.
Dengan demikian, secara langsung maupun tak langsung bisa dikatakan, menghindari masalah menghadapi masalah juga. Oleh karenanya, alangkah baiknya bila ada masalah dihadapi saja, dan tak perlu dihindari masalah yang ada. Sebab menghindari masalah, bisa juga akan menambah masalah, dan akhirnya semakin banyak masalah yang ada yang harus dihadapi.
Berani hidup, harus hidup berani bila ingin bertahan dalam kehidupan ini. karena dalam kehidupan ini penuh tantangan, penuh perjuangan, dan tak hanya para serdadu saja yang perjuang melawan tantangan, melawan musuh yang harus dilawan. Kita semua juga harus berjuang, walaupun itu hanya untuk bertahan dalam kehidupan.
Bahkan di dalam bertahan saja, juga perlu perjuangan. Apalagi ingin memperbaiki kehidupan kita sendiri, biar berubah secara materi maupun yang lainnya. Begitu juga di dalam menghadapi masalah yang ada, jangan sampai kita menghindarinya, sebisanya kita hadapi masalah yang ada. Sebab setiap masalah yang ada, pasti ada solusinya, selagi kita mau terbuka, dan tak tertutup dengan orang lain.
Bukankah kita juga sebagai makhluk social, dan dalam hidup ini tak bisa hidup sendirian. Begitu juga dalam mengahadpi masalah, bukankah kita punya orang tua, guru, saudara, teman atau orang lain yang bisa kita mintai bantuan. Dusinilah pada akhirnya dalam hidup ini berani hidup harus hidup berani, karena kita hidup tak sendiri.***
(Suyitno, S.Pd, M.Pd) karyanya berupa puisi, cerpen dan esai sudah dimuat di beberapa media massa, antara lain di Suara Karya, Republika, Sastra Sumbar, Media Indonesia dan lain-lain. Puisi-puisinya terkumpul di beberapa antologi puisi, antara lain Negeri Awan (2017), Festival Bangkalan (2017), Ruang Tak Lagi Ruang (2017), Kesaksian Tiang Listrik (2018), Negeri Bahari (Negeri Poci 2018), Jejak Sajak Batu Runcing (2018), Sabda Alam (2019), Zamrud Khatulistiwa (2019), Membaca Hujan di Bulan Purnama (Tembi, 2019), Biografi Tepung (2021), PMK 8 (2021) dan lain-lain. Juga dalam Antologi “Bersetubuh Dengan Waktu” (2014), “Dari Cinta Ke Negara” (2015), “Rasa Ku Rasa” (2016) dan Kumpulan Cerpen “Sepeda Pancal” (2016), “Gapura Menapak Jejak Mojopahit” (2018), “Pemulung Diksi” (2019), Lampiaskan Keinginan (2021), Dengan Apa Aku Mencintaimu (2022)
Dosen di Institut Agama Islam Uluwiyah Mojokerto. Mendirikan Kampung Literasi “AMANGKUCITA”, dan Penggiat Gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK).